Sabtu, 20 Maret 2010

Majelis Dzikir dan Shalawat "AL-FATIHAH" Bulungan


Majelis Dzikir dan Shalawat "AL-FATIHAH" Bulungan
dipimpin oleh : Sayid H.Abdul Qadir Al'Idrus Tanjung Selor
Kegiatan dilaksanakan setiap Malam Kamis (pembacaan Ratib) dan Malam Jum'at(pembacaan Dzikir Al'Fatihah)


FADHILAH AL-FATIHAH

Surah Al-Fatihah yang juga disebut sebagai ummul kitab memiliki beberapa keutamaan sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw.
Pertama, surah Al-Fatihah merupakan surah yang paling utama di dalam Al-Qur`an. Kedua, merupakan surah yang tidak pernah diturunkan dalam Taurat dan Injil, dan tidak ada satu pun yang menyamai surah Al-Fatihah di dalam Al-Qur`an.
Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, “Pembukaan”) adalah surah pertama dalam al-Qur’an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.
Ketiga Surah Al-Fatihah sebagai obat lahir dan bathin (hati)

Di antara Ulama Besar dan modern yang berpendapat bahwa al-Qur'an dan khususnya al-Fatihah dapat mengobati jasmani disamping mengobati rohani, ialah Imam Ibnul Qayyim al-Jawzi. Berkata Ibnul Qayyim dalam kitabnya bernama Madarijus Salikin juz I halaman 52-58, diringkaskan sebagai berikut : Adapun al-Fatihah itu mengandung obat buat hati (rohani) maka tidaklah ada perlainan pendapat. Cacat-cacat atau penyakit yang menimpa kalbu berpokok pada dua perkara, ialah rusaknya ilmu dan rusaknya tujuan. Karena dua kerusakan ini, maka timbullah dua penyakit kalbu yang sangat berbahaya, yaitu adh-Dhalaal (kesesatan) dan al-Ghadhab (keangkara-murkaan). Kesesatan karena rusaknya pengetahuan, sedangkan keangkara-murkaan karena rusaknya tujuan hidup. Kedua penyakit inilah induknya segala penyakit kalbu. Maka hidayat yang bernama Shiraathal Mustaqiim (al-Qur'an) adalah obat dari penyakit pertama (kesesatan). Sebab itu hidayat ini harus selalu kita minta dan pelajari.Sedang pengertian yang terkandung dalam Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin adalah obat dari penyakit kedua (rusak tujuan atau kemurkaan).

Surah Al-Fatihah yang juga disebut sebagai ummul kitab memiliki beberapa
keutamaan sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw.

1. Surah Al-Fatihah merupakan surah yang paling utama di dalam Al-Qur`an.

2. Merupakan surah yang tidak pernah diturunkan dalam Taurat dan Injil, dan tidak ada satu pun. yang menyamai surah Al-Fatihah di dalam Al-Qur`an.

3. Merupakan surah yang langsung diturunkan dari Arsy. Keempat, sebagai
obat penawar, baik lahir maupun batin. Surah Al-Fatihah terdiri dari tujuh. ayat, masing-masing ayat memiliki keistimewaan, makna, dan pengejawantahan bagi. kita dalam kehidupan riil.

Abu Said ibnu Al-Mu'alla r.a. berkata;
Ketika aku sedang sembahayang, tiba-tiba dipanggil oleh Nabi saw. maka aku tidak menyahutnya sehingga selesai sembahayang, lalu aku datang kepadanya, Nabi saw. bertanya:"Apakah yang nenahan engkau daripada menyahut panggilan ku?".
Jawabku (Abu Said), "Aku sedang sembahayang."Nabi saw. bersabda,"Tidakah Allah berfirman; "Hai orang yang beriman, sambutlah panggilan Allah dan Rasulullah bila memanggil kalian untuk menghidupkan kalian".Kemudian Nabi saw. bersabda,
"Aku akan ajarkan kepada mu satu surah yang terbesar di dalam al-Quran sebelum keluar dari masjid ini".
Berkata Abu Said, Lalu Rasulullah saw. memegang tangan ku, kemudian ketika hendak keluar dari masjid aku berkata,"Ya Rasulullah, tadi engkau berkata akan mengajar aku surah terbesar daripada al-Quran".
Jawab Rasulullah saw."Benar, Alhamdu lillahi rabbil alamin, itulah Assab'ul Matsani dan al-Quran yang terbesar yang telah diturunkan Allah kepadaku".
(HR: Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa'i dan Ibn Majah)
Abu Hurairah dari Jbay bin Ka'ab r.a. Rasulullah saw. bersabda: Allah tiada menurunkan dalam Taurat dan Injil yang seperti (menyamai) Ummul Quran, ialab tujuh ayat pujian (assab'ul matsani), dan ia terbagi dua antara-Ku dengan hamba-ku.(HR. an-Nasa'i, at-Tirmidzi).

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata:
Pada suatu hari, Nabi saw. keluar kepada Ubay bin Ka'ab, lalu memanggil,"Ya, Ubay".
Ubay menoleh, tetapi tidak menjawab (menyambutnya), lalu ia segerakan salatnya, kemudian (selesai salat) pergi kepada Nabi saw. sambil mengucap,
"Assalamu alaika ya Rasulullah."
Dijawab,"Wa araikassalam, apakah yang menahan anda untuk menyahut panggilanku ketika aku panggil?" Jawabnya,"Ya Rasulullah, saya sedang salat."
Nabi saw. bersabda,"Tidakkah anda mendapatkan dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadaku, Sambutlah panggilan Allah dan Rasulullah bila memanggil kalian untuk menghidupkan (mengajarkan apa-apa untuk kepentingan kehidupanmu).
Jawab Ubay,"Benar ya Rasulullah, tidak akan saya ulang."
Lalu Nabi saw. bertanya,"Sukakah saya ajarkan kepadamu surat yang tidak pernah diturunkan di Taurat, Injil, Zabur dan Furqan yang menyamai itu?"
Jawab Ubay,'Baiklah ya Rasulullah.'
Nabi saw. bersabda,"saya harap semoga sebelum keluar dari pintu itu anda sudah mengetahuinya". Lalu abi saw. memegang tangan Ubay sambil berbicara, tetapi Ubay memperlambat jalannya, kuatir kalau-kalau sampai di pintu dan pembicaraan belum selesai, dan ketika telah dekat dengan pintu Ubay berkata,'Ya Rasulullah apakah surat yang engkau janjikan padaku itu?'
Jawab Nabi saw.,"Apakah yang anda baca dalam salat?"
Lalu Ubay membaca Fatihah (Ummul Quran) lalu Nabi saw. bersabda,"Allah tiada menurunkan da1am Taurat, Injil, Zabur dan Furqan yang menyamainya, itulah yang bernama Assab'ul Matsani".(Juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi).

Abu Said al-Khudri r.a. berkata,Ketika kita dalam bepergian dan berkemah, tiba-tiba datang budak perempuan dan berkata, Sesungguhnya pimpinan suku ini digigit binatang berbisa, dan tidak ada orang, apakah ada di antara kalian yang dapat menjampi :faka berdirilah seorang di antara kami, kami tidak menyangka bahwa ia dapat menjampi. Tiba-tiba dijampinya dan sembuh. Maka diberinya dia hadiah berupa tiga puluh doinba dan diberinya kami susu. Ketika ia kembali kami bertanya, Apakah anda pandai menjampi? Jawabnya, Tidak, aku tidak menjampi, kecua!i dengan Ummul Kitab Fatihah. Maka kami pun memberitahu agar domba-domba itu jangan diganggu sehingga kami bertanya kepada Rasulullah saw. Kemudian setelah kami kembali ke Madinahj kami ceriterakan kejadian itu kepada Nabi saw. Maka Nabi saw. bertanya, "Dari mana ia mengetahui bahwa Fatihah itu sebagai jampi (untuk jampi? Bagilah domba-domba itu dan berilah aku bagian".(Bukhari,Muslim, Abu Dawud).

Di sebagian riwayat Muslim disebutkan bahawa yang menjampi itu Abu Said al-Khudri r.a

Ibn Abbas r.a. berkata,Rasulullah saw. duduk bersama Jibril, tiba-tiba mendengar suara gemuruh di atasnya, maka Jibril melihat ke atas langit, lalu berkata, Itu pintu langit telah terbuka, belum pernah dibuka sama sekali". dan telah turun seorang malaikat dari padanya. Maka datanglah Malaikat itu kepada Nabi saw. dan berkata, 'Terimalah kabar gembira, bahwa anda diberi dua cahaya yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelum anda, yaitu Fatihah dan penutup surat al-Baqarah. Tiada engkau membaca satu huruf melainkan pasti diberi (yakni apa yang terkandung di dalamnya'.(HR. Muslim, an-Nasa'i).

Anas r.a. berkata, Nabi saw. bersabda:Jika anda meletakkan pinggang di atas tempat tidur, lalu membaca Fatihah dan Qul Huwallahu Ahad, maka telah aman dari segala sesuatu kecuali maut (HR: Bazzar)

Dikatakan kepada Abu Hurairah, "Kami berada di belakang imam." Maka Abu Hurairah berkata, "Bacalah Al-Fatihah itu di dalam hatimu, karena aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Allah Ta'al berfirman, 'Aku telah membagi salat dua bagian antara diri-Ku dengan hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta'. Jika ia mengucapkan, 'alhamdulillahi rabbil 'alamin', maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah memuji-Ku'. Dan jika ia mengucapkan, ' Arrahmanirrahimi', maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah menyanjung-Ku'. Jika ia mengucapkan, 'Malikiyaumiddin', maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah memuliakan-Ku'. Dan pernah Abu Hurairah menuturkan, 'Hamba-Ku telah berserah diri kepada-Ku'. Jika ia mengucapkan, 'Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in', maka Allah berfirman, 'Inilah bagian diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta'. Dan jika ia mengucapkan, 'Ihdinashirathalmaustqim shirathaladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdhubi 'alaihim waladholin', maka Allah berfirman, 'Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku pula yang apa yang ia minta'."(Demikian pula diriwayatkan an-Nasa'i).

Hadist yang diriwayatkan olehh Bukhari daam kitab Fadhailu Qur’an, dari Abu Sa’id al Khudri, ia berkata: Kami pernah beada dalam suatu perjalanan, lalu kami singgah, tiba-tiba seorang budak wanita datang seraya berkata: Sesungguhnya kepala suku kami tersengat, dan orang-orang kami sedang tidak berada ditempat, apakah diantara kalian ada yang bisa menjampi (ruqyah)? Lalu ada seorang laki-laki yang bersamanya berdiri, yang kami tidak pernah menyangka bisa meruqyah. Kemudian orang itu membacakan ruqyah, maka kepala sukunya pun sembuh. Lali ia (kepala suku) menyuruhnya memberi tigapuluh ekor kambing sedang kami diberi minum susu. Setelah ia kembali, kami bertanya kepadanya: Apakah memang engkau pandai dan bisa meruqyah? Ia menjawab : Aku tidak meruqyah kecuali dengan Ummul Kitab. (Al Fatihah). Jangan berbuat apapun hingga kita datang dan bertanya kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Ketika sampai di Madinah kami menceritakan hal itu kepada Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: Darimana dia tahu kalau surat Al Fatihah itu sebagai ruqyah?, bagi-bagikanlah kambing-kambing itu dan berikan satu bagian kepadaku.” Demikian juga diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Said al-Khudri r.a. "Pada suatu hari kami bersama-sama dalam perjalanan, bermalam di satu dusun. Datang kepada kami seorang budak perempuan dan berkata : "Sesungguhnya kepala desa ini sakit dan tak seorangpun di antara kami yang dapat mengobatinya, adakah diantara tuan-tuan yang dapat mengobatinya ?" Salah seorang dari rombongan kami berdiri dan mengikuti budak tadi. Kami tidak mengira yang ia dapat menjadi dukun. Si sakit itu lalu dimenterainya dan sembuh. Kepadanya diberi hadiah 30 ekor kambing, dan kepada kami disuguhkan susu. Ketika ia kembali kami bertanya : "Apakah engkau membolehkan mentera, dan apakah engkau tukang mentera ?" Ia menjawab : "Tidak, saya bukan tukang mentera, tetapi aku hanya membacakan Ummul-Kitab (al-Fatihah)." Kami katakana : "Kejadian ini jangan dikabarkan kepada siapapun, sebelum kita tanyakan kepada Rasulullah s.a.w. lebih dahulu". Sesudah kami sampai di kota Madinah, kami datangi Rasulullah s.a.w. dan kami
ceritakanlah kejadian itu. Rasulullah lalu berkata : "Siapa tahu bahwa surah itu (al-Fatihah) adalah mentera (obat) bagilah hadiah itu dan berikan saya sebahagian darinya".Kejadian seperti inipun diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud dari Hisyam. Di dalam beberapa riwayat dari Muslim diterangkan bahwa penyakit orang yang disembuhkan itu ialah karena sengatan binatang yang berbisa dan yang menyembuhkan itu adalah Abu Said al-Khudri sendiri.

Hadist lainnya, riwayat Muslim dalam Kitab Shahih an Nasai dalam kitab Sunan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Ketika Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam sedang bersama Malaikat Jibril, tiba-tiba Jibril mendengar suara dari atas. Maka Jibril mengarahkan pandangannya kelangit seraya berkata : Itu adalah dibukannya sebuah pintu di langit yang belum pernah terbuka sebelumnya.” Ibnu Abbas meneruskan, “dari pintu turun Malaikat dan kemudian menemui Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata : “Samapaikanlah kabar gembira kepad aumatmu mengenai dua cahaya. Kedua cahaya itu telah diberikan kepadamu, dan belum pernah sama sekali diberikan kepada seorang nabipun sebelum kamu, yaitu Fatihatul Kitab dan beberapa ayat terakhir surat Al Baqarah. Tidakkah engkau membaca satu huruf saja darinya melainkan akan diberi pahala kepadamu.”

Dengan mengamalkannya S.Al Fatihah dalam kehidupan Anda, InsyaAllah akan memperoleh nikmat dalam kehidupan Anda melalui ruh yang terdapat dalam surah Al-Fatihah ini.
Kehidupan Anda pun akan dipenuhi kebahagiaan, kemudahan, serta nilai
keberkahan yang tidak terhingga.

Wallahu Aqlam bishawab

Salah Satu Kemulian syaech muhammad arsyad al banjari.

Buaha kelapa

terjadi pada saat syaech muhammad arsyad al banjari di undang oleh gubernur belanda dibatavi (jakarta) yg dihadiri oleh pemuka agama lain,ditanyakan kepada beliau isi buah kelapa yg da didepan beliau,dengan tenang beliau menjawab ''setiap ada air disitu ada ikan, maka didalam buah kelapa itu ada se ekor ikan betina yg bertelur,''mendengar jawaban beliau gebernur belanda dan semua yg hadir menjadi bingun dan tertawa,setelah dibuka buah kelapa tersebut ternyata benar ada se ekor ikan betina yg bertelur,maka menjadi tak'jub lah gubernur belanda dan semua yg hadir ,dan oleh gubernur belanda tersebut beliau di beri gelar dengan sebutan :TUAN HAJI BESAR.


Berkat datu kalampaiyan aku selamat.

bercerita seorang supir truk kepada penulis,pd waktu ia sedang berada di suatu jalan di jakarta ia dihadang 5 orang yg berniat merampok barang bawaan nya,mereka membawa bemacan cenjata tajan dan api,maka ia sangat merasa ketakutan,ia teringat pd datu kalampaiyan dan berteriak sekuat tenaga meminta bantuan kepada beliau,berselang beberapa menit ia melihat para perampok yg hendak merampoknya lari kabur dan seperti orang yg ketakutan,ia pun merasa heran setelah aman ia mencoba keluar dari mobil truk nya,dan di lihatnya se orang bejubah dab berbolan putih melayang layang di atap muka mobil nya ,namun hnya sesaat kemudian menghilang,tak berselang lama ada mobil truk teman nya dari banjarmasin yg sama tujuan nya menuju pelabuhan laut untuk pulang kebanjarmasin,mereka pun pulang besama-sama dan akhirnya sampai dengan selamat di banarmasin.

kejadian nyata tahun 2007,dijakarta.diceriatan oleh hamba allah yg mengalami kejadian tersebut,dengan se ijinya penulis buat di sini.

oleh:
syaiful bin abdul gias al banjari.

Dikutip dari: mazelis bani_arsyadiyah

wasiat datu kalampaiyan syeh muhamad arsyad Al Banjari



kepada kaum muslimin terlebih lagi kepada zuriatnya yg berziarah ke maqam
datu kalampaiyan hendaklah membaca :


1.surah al-ikhlas 13 kali
2.sholawat 14 kali
3.surah al-falaq 1 kali
4.surah annaas 1 kali
5.surah al-fathehah 1 kali
6.bertahlil dan membaca do'a haul/arruwah.
oleh:
syaiful al banjari

silsilah keturunan datu kalampaiyan syaech muhammad arsyad al banjari


syaech muhammad arsyad al banjari bin abdullah bin abu bakar bin abdul rasyid/harist mindanau bin abdullah fhilipin bin abu bakar al hindi bin ahmad sholabi bin husin bin abdullah bin syaech bin abdullah bin abu bakar assakran bin abdurrahman assaqof bin muhammad dauwliyah bin ali bin alwi bin faqih muqaddam muhammad bin ali bin shohibul marbathi muhammad bin ali kholiqosam bin alwi bin muhammad bin alwi bin abdullah bin muhajjir ilallah ahmad bin isa annaqibi bin muhammad bin ali ala'rodhi bin jakfar as shidiq bin muhammad bin ali zainal a'bidin bin syaidina husin bin syaidathul fatimah R.A. binti muhammad rasulullah S.A.W.


REFRENSI
Dikutip dari :
syajarathul arsyadiyah .mufthi abdurrahman shidiq.
mazelis bani arsyadiyah banjarmasin
syajarathul arsyadiyah.abu doudi dalam pagar martapura.kal-sel

Minggu, 14 Maret 2010

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Pendapat Para Imam Salaf ash-Shaleh dan Muhadditsin tentang Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw”. Ketika kita membaca kalimat disamping maka didalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika dan syariah).
Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yang membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia.
Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.
Allah Merayakan Hari Kelahiran para Nabi-Nya :
•FirmanAllah: “(Isaberkatadaridalamperut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS. Maryam: 33).
•Firman Allah: “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS. Maryam: 15).
•Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits No.4177)
•Berkata Utsman binAbilAshAsstaqafiy dari ibunya yang menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu Utsman) melihat bintang – bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang – benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583).
•Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau (rasul) langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam).
•Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yang terang – benderang hingga pandangannya menembus dan melihat istana -istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583) .
•Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yang 1000 tahun tak pernah padam Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal, Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt ?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi-nabi sebelumnya.

Rasulullah SAW Memulyakan Hari Kelahiran Beliau

Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab: “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162) dari hadits ini sebagian saudara-saudara kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dengan puasa.
Rasul saw jelas – jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya: “Oh puasa hari senin itu mulia dan boleh – boleh saja..”, namun beliau bersabda: “Itu adalah hari kelahiranku” menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari-hari lainnya.
Contoh mudah misalnya Zeyd bertanya pada Amir: “Bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?” maka amir menjawab: “Oh itu hari kelahiran saya”.
Nah.. bukankah jelas – jelas bahwa Zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yang berbeda dari hari – hari lainnya bagi Amir? dan Amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 Januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yang perhatian pada hari kelahirannya, kalau Amir tak acuh dengan hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut– nyebut bahwa 1 Januari adalah hari kelahirannya, dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya.
Pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yang lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tidak memerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yang berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dengan puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.
Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak? Rasul saw menjawab hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu.
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yang perhatian pada hari kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.
Sahabat Memulyakan Hari Kelahiran Baginda Nabi SAW
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra:
“Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “Silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga” maka Abbas ra memuji dengan syair yg panjang, diantaranya: “…dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417).

Kasih sayang Allah atas kafir yang gembira atas kelahiran Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya: “Bagaimana keadaanmu?” Abu Lahab menjawab: “Di neraka, cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits No.13701, Syi’bul Iman No.281, Fathul Baari Almasyhur juz 11 hal 431).
Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dengan kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya.
Walaupun mimpi tidak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam -imam diatas yang meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tidak mengingkarinya.
Lebih lagi hal itu teriwayatkan pada Shahih Bukhari, dan sebagian para Muhadditsin pun mengatakan: ”Tidak mudah untuk mengingkari hal ini, karena Imam Bukhari meriwayatkan hal itu pada shahih nya.
Karena walaupun hal itu Cuma mimpi Abbas ra, tapi sudah berubah menjadi ucapan Abbas ra karena ia telah mengucapkannya, dan jika hal itu batil maka Sayyidina Abbas ra tak akan menceritakannya, dan diperkuat pula Imam Bukhari pada Shahih nya meriwayatkan ucapan Abbas ra itu, maka ucapan itu telah menjadi hujjah, karena diucapkan oleh Sahabat besar, Abbas bin Abdulmuttalib ra paman Nabi saw. Dan diriwayatkan pada Shahih Bukhari.

Rasulullah SAW Memperbolehkan Syair Pujian Di Masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yang lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata
“Aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw) lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata: “Bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dengan doa: Wahai Allah bantulah ia dengan RuhulQudus? maka Abu Hurairah ra berkata: “Betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits No.2485).
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yang menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yang dilarang adalah syair – syair yang membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair – syair yang memuji Allah dan Rasul-Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk Hassan bin Tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair – syairnya (Mustadrak ala Shahihain hadits No.6058, Sunan Attirmidzi hadits No.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yang mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata:
“Jangan kalian caci Hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw” (Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).

PENDAPAT PARA IMAM DAN MUHADDITS MENGENAI PERAYAAN MAULID NABI
1. Pendapat Imam Al hafidh Ibn hajar AlAsqalaniy rahimahullah: Telah jelas dan kuat riwayat yang sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yang berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata “Hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw: “Kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yang diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dengan pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yang melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “Sungguh Allah telah memberikan anugerah pada orang-orang mu’min ketika dibangkitkannya Rasul dari mereka” (QS. Al Imran: 164)
2. Pendapat Imam Al hafidh Jalaluddin AsSuyuthi rahimahullah : Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw berakikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis No.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber-aqiqah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw berunur 7 tahun, dan aqiqah tak mungkin diperbuat dua kali.
Maka jelaslah bahwa aqiqah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dengan makanan -makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.
3. Pendapat Imam Al hafidh AbuSyaamah rahimahullah (guru Imam Nawawi) : Merupakan Bid’ah hasanah yang mulia di zaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dengan kelahiran Nabi saw.

4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif MaulidisSyariif: Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu? ia menjawab: “Di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). Maka apabila Abu Lahab Kafir yang Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dengan muslim ummat Muhammad saw yang gembira atas kelahiran Nabi saw? maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh -sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab Anugerah-Nya.
5. Pendapat Imam Alhafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy rahimahullah dalam kitabnya Auridusshaadiy fii Maulidul haadiy: Serupa dengan ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy, yaitu menukil hadits Abu Lahab.
6. Pendapat Imam Al hafidh AsSakhawiy rahimahullah dalam kitab Sirah Al halabiyah: Berkata ”Tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pada malamnya dengan berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yang sangat besar”.
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah: Dalam syarahnya maulid Ibn Hajar berkata: ”Ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”.
8. Imam Al hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah: Dengan karangan maulidnya yang terkenal ”Al Aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dengan tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yang membacanya serta merayakannya”.
9. Imam Al hafidh AlQasthalani rahimahullah: Dalam kitabnya ”Al Mawahibulladunniyyah” juz 1 hal 148 cetakan al maktab Al Islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat-Nya kepada orang yang menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.
10. Imam Al hafidh Al Muhaddits AbulKhattab Umar bin Ali bin Muhammad rahimahullah yang terkenal dengan Ibn Dihyah AlKalbi : mDengan karangan maulidnya yang bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”.
11. Imam Al hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah AlJuzri rahimahullah: Dengan maulidnya ”Urfu at ta’rif bi maulid assyarif”.
12. Imam Al hafidh Ibn Katsir rahimahullah: Yang karangan kitab maulidnya dikenal dengan nama ”Maulid Ibn Katsir”.
13. Imam Al hafidh Al ’Iraqy rahimahullah: Dengan maulidnya ”Maurid al hana fi maulid assana”.
14. Imam Al hafidh Nasruddin Addimasyqiy rahimahullah: Telah mengarang beberapa maulid ”Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar” 3 jilid, ”Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq”, ”Maurud asshadi fi maulid al hadi”.
15. Imam AsSyakhawiy rahimahullah : Dengan maulidnya ”Al fajr al ulwi fi mauled an nabawi”.
16. Al Allamah Al faqih Ali Zainal Abidin AsSyamuhdi: Dengan maulidnya ”Al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah”.
17. Al Imam hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad AsSyaibaniy yang terkenal dengan nama Ibn Diba’: Dengan maulidnya ”AdDibai’i”.
18. Imam Ibn hajar Alhaitsami: Dengan maulidnya ”Itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam”.
19. Imam Ibrahim Baajuri: Mengarang hasiah atas maulid Ibn hajar dengan nama ”Tuhfah al basyar ala maulid Ibn hajar”.
20. Al Allamah Ali Al Qari’: Dengan maulidnya ”Maurud arrowi fi maulid nabawi”.
21. Al Allamah Al Muhaddits Ja’far bin hasan AlBarzanji: Dengan maulidnya yang terkenal ”Maulid Barzanji”.
22. Al Imam Al Muhaddist Muhammad bin Jakfar Al Kattani: Dengan maulid ”Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad”.
23. Al Allamah Syeikh yusuf bin Ismail AnNabhaniy: Dengan maulid ”Al jawahir an nadmu al badi fi maulid as syafii’”.
24. Imam Ibrahim AsSyaibaniy : Dengan maulidnya ”Al maulid musthofa adnaani”.
25. Imam Abdulghaniy Annablisy: Dengan maulidnya ”Al alam al ahmadi fi maulid muhammadi”.
26. Syihabuddin Al halwani: Dengan maulid ”Fath al latif fi syarah maulid assyarif”.
27. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati: Dengan maulid ”Al kaukab al azhar alal ’iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar”.
28. As-Syeikh Ali Attanthowiy: Dengan maulid ”Nur as shofa’ fi maulid al musthofa”.
29. As-Syeikh Muhammad Al Maghribi : Dengan maulid ”At tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah”.

Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yang menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yang menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan wahabi yang jelas – jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.
BERDIRI SAAT MALALUL QIYAM DALAM PEMBACAAN MAULID NABI
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari menyambut kedatangan Islam dan Syariah Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yang dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, diriwayatkan ketika Sa’ad bin Mu’adz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum Anshar
“Berdirilah untuk tuan kalian” (Shahih Bukhari hadits No.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka’ab bin Malik ra.
Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yang dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yang adil dan yang semacamnya merupakan hal yang baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yang dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yang duduk, dan Imam Nawawi yang berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka tidak apa-apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun ada pula pendapat lain yang melarang berdiri untuk penghormatan (Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala Shahih Muslim juz 12 hal 93).
Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa–apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yang tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir,
Semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yang Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan beliau saw.
Jauh berbeda bila kita yang berdiri penghormatan mengingat jasa beliau saw, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk semangat kita menyambut risalah Nabi saw, dan penghormatan kita kepada kedatangan Islam, dan kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam pada Nabi saw setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.
Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam perkumpulan yang padanya dibacakan puji – pujian untuk Nabi saw, lalu diantara syair -syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh Imam–imam yang hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yang luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan.
Dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa “Bid’ah hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yang sunnah, (berlandaskan hadist Shahih Muslim No.1017 yang terncantum pada Bab Bid’ah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bid’ah hasanah”.
Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yg mengadakannya (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137).
Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan para muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yang diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji -pujian pada Allah dan Rasul saw yang sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yang dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yang mengingkarinya karena jelas – jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar’an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yang mustahab (yang dicintai).
Sebagaiman kaidah syariah bahwa “Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib”, semua yang menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.
Contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yang wajib.
Contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa siwak dan baju kita tidak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yang hukumnya sunnah.
Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah, dan dakwah merupakan hal yang wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran, dan ummat sudah tidak peduli dengan Nabinya saw, tak pula peduli apalagi mencintai Sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau saw, dan untuk mencapai tabligh ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi saw, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi.
Sebagaimana penulisan Alqur’an yang merupakan suatu hal yang tidak perlu dizaman Nabi saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yang membutuhkan penjelasan Alqur’an, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yang wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqur’an dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqur’an telah dijaga oleh Allah.
Hal semacam ini telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafa’urrasyidin, sahabat radhiyallahu’anhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yang awam, namun hanya sebagian saudara– saudara kita muslimin yang masih bersikeras untuk menentangnya, semoga Allah memberi mereka keluasan hati dan kejernihan, amiin. (Walillahittaufiq Wal Hidayah)
dikutip dari : [Ahlus Sunnah wal Jamaah, Habib Munzir Al Musawwa, Majelis Rasulullah]

Sabtu, 13 Maret 2010

Ulama Pewaris Nabi

Ulama Pewaris Nabi


"Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, Allah memperjalankannya di atas salah satu jalan surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap mereka karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada di dasar lautan. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar." (HR Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Hibban).

Sanad Hadis

Abu Dawud meriwayatkan hadis ini dari Musaddad bin Musarhad. Ibn Majah dan ad-Darimi meriwayatkannya dari Nashr bin Ali al-Jahdhami. Ibn Hibban meriwayatkannya dari Muhammad bin Ishhaq ats-Tsaqafi, dari Abdul A‘la bin Hamad. Al-Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf al-Ashbahani, dari Abu Said Ahmad bin Muhammad bin Ziyad al-Bashri, dari Abu Ya‘la as-Siyaji. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Muhammad bin Yazid, dari Ashim bin Raja’ bin Haywah. At-Tirmidzi meriwayatkannya dari Mahmud bin Khidasy al-Baghdadi, dari Muhammad bin Yazid al-Wasithi. Semuanya berasal dari penuturan Abdullah bin Dawud, dari Ashim bin Raja’ bin Haywah, dari Dawud bin Jamil, dari Katsir bin Qais, yang bersumber dari Abu Darda’.


Makna Hadis

Man salaka tharîqan yathlubu fîhi ’ilm[an] salakallâh bihi tharîq[an] min thuruq al-Jannah. Kata tharîq[an] dan ‘ilm[an] dinyatakan dalam bentuk nakîrah (indefinitif). Hal itu untuk mencakup semua jenis jalan yang bisa mengantarkan pada diraihnya ilmu-ilmu agama, juga untuk mencakup gradualisasi dalam hal itu, baik sedikit maupun banyak. Frasa salakallâh bihi maksudnya adalah sahhalallâh lahu (Allah memudahkan untuknya). Artinya, Allah akan memudahkan untuknya jalan ke surga. Hal itu bisa terjadi di akhirat atau di dunia saat Allah memberinya taufik untuk melakukan amal-amal salih yang nantinya bisa mengantarkannya ke surga. Ini merupakan basyarah, bahwa orang yang menuntut ilmu agama akan dimudahkan untuk menguasainya. Frasa ini merupakan dorongan untuk menuntut ilmu-ilmu agama.

Inna al-Malâikah…li thâlib al-‘ilm, artinya para malaikat menaungi penuntut ilmu dengan sayapnya. Hal itu karena para malaikat ridha dan menyukai apa yang diperbuat penuntut ilmu itu.
Wa inna al-‘âlim layastaghfiru lahu fî al-mâ’. Al-Khathabi menjelaskan, bahwa Allah mengilhamkan kepada ikan dan hewan-hewan agar memohonkan ampunan untuk ulama. Ini merupakan majaz untuk memuji baiknya aktivitas ulama dan kelemahlembutan mereka.

Inna fadhla al-‘âlim (keutamaan seorang alim), yaitu orang yang sibuk menyebarkan ilmu serta melaksanakan amal ibadah yang dharûrî saja, yakni yang wajib dan sunnah muakad. ‘Alâ al-‘âbid (atas seorang ahli ibadah), yaitu orang yang menghabiskan lebih banyak waktunya untuk menunaikan amalan sunnah, dan ia hanya menuntut ilmu yang dharûrî atau pokok saja.

Kafadhli al-qamar laylah al-badri ‘alâ sâ’ir al-kawâkib (seperti kelebihan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang). Diumpamakan demikian karena kesempurnaan, cahaya dan manfaat ibadah seorang ahli ibadah hanya terbatas untuk dirinya sendiri. Hal itu seperti bintang-bintang yang bersinar tetapi sinarnya tidak menerangi bumi. Sebaliknya, kesempurnaan, cahaya dan manfaat ilmu ilmu seorang alim, selain untuk dirinya sendiri, juga sampai kepada orang lain yang ada di sekitarnya bahkan yang sangat jauh darinya. Hal itu seperti bulan yang bersinar dan sinarnya menerangi seantero bumi. Ini juga mengisyaratkan, bahwa kesempurnaan, cahaya dan manfaat ilmu itu bukan ilmu yang datang dari diri ulama itu sendiri, melainkan ilmu yang ia ambil dari ilmu yang diwariskan Nabi saw.; ibarat bulan yang mendapatkan sinar untuk menerangi bumi itu dari matahari.


Wa inna al-ulamâ’ waratsah al-anbiyâ’. Menurut al-Hafizh Ibn Hajar, bahwa orang yang mewarisi menempati kedudukan yang diwarisi berserta hukum pada posisi yang ia gantikan. Artinya, Ulama menggantikan peran dan tugas para Nabi, yakni mengemban misi penyampaian dan penyebaran risalah Islam.

Wa inna al-anbiyâ’ lam yuwarritsû dînâr[an] wa la dirhâm[an]. Dinar dan dirham (kekayaan) merupakan bentuk warisan pada umumnya. Namun, para Nabi tidak mewariskan itu. Hal itu menunjukkan bahwa para Nabi tidak mangambil dunia kecuali dalam kadar kebutuhan dharûriyah mereka sehingga mereka tidak mewariskan sesuatu pun dari dunia itu. Ini juga mengisyaratkan bahwa Ulama pewaris para Nabi i itu tidak mengedepankan dunia sebagaimana juga para Nabi yang mereka warisi.

Warratsû al-‘ilma, artinya yang diwariskan para Nabi tidak lain adalah ilmu, yakni untuk menampakkan Islam dan menyebarkan hukum-hukumnya. Abu Hatim berkata, “Tidakkah Anda memperhatikan Beliau bersabda: Ulama adalah pewaris para Nabi dan para Nabi tidak mewariskan kecuali ilmu. Ilmu Nabi Muhammad saw. adalah sunnahnya. Karena itu, siapa saja yang menanggalkan sunnah Nabi Muhammad Saw., ia bukan pewaris para Nabi.”

Fa man akhadzahu akhadza bi hazhzhin wâfirin. Ba’ di sini adalah tambahan untuk menyatakan penekanan (li ta’kîd). Artinya, siapa saja yang mengambil ilmu warisan Nabi, ia mengambil bagian besar atau secara sempurna; maksudnya mengambil dan mempraktikkan bagian besar dari warisan Nabi. Boleh juga akhadza di sini bermakna perintah. Artinya, siapa saja yang ingin mengambil ilmu warisan Nabi, hendaknya tidak tanggung-tanggung dan mengambil bagian besarnya atau secara sempurna.

Wallâh a‘lam bi ash-shawâb.

sumber: al-wa'ie
Dikutip dari forum.dudung.net

Jumat, 12 Maret 2010

MENCINTAI RASULALLAH SAW

Mencintai Rasulallah SAW
(Renungan di Bulan Maulid 12 Rabiul Awal)

Assalamu alaika zain al anbiyaa (Salam bagimu wahai hiasan para nabi), Assalamu alaika azkal azkiyaa (Salam bagimu yang tercinta dari orang-orang suci), Anta syamsun anta badrun anta nurun fauqa nuurin ( Engkau bagaikan matahari, bulan purnama, cahaya diatas cahaya)

Cinta memang tidak bisa hanya cukup disimpan dalam hati tetapi harus di ekspresikan dengan ucapan dan perbuatan. Mengekspresikan cinta kepada Muhammad bin Abdullah Rasulallah SAW dengan membaca shalawat, pujian, salam dan rasa kerinduan kepadanya serta senantiasa menjalankan sunnahnya memperbanyak dzikir tanpa dibatasi ruang dan waktu. seperti dalam firmannya : "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi), maka Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu (QS 3:31) dan dalam sebuah hadist Rasulallah SAW bersabda : "Demi Zat yang diriku berada didalam genggaman-Nya, tidak beriman (sempurna) seseorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai dari pada orang tua dan anaknya (HR. Bukhari, Shahih Bukhari, vol I, hlm 14 dan Muslim, Shahih Muslim vol I, hlm 76)

Muhammad bin Abdullah Rasulallah SAW merupakan insan yang sangat mulia dari yang mulia, sangat suci dari yang tersuci, sangat baik dari yang terbaik dan sangat kita rindukan dan kita cintai.

Bukankah Allah SWT sendiri dan para Malaikatnya memberikan Salawat dan Salam kepada Sayidina Muhammad bin Abdullah Nabi dan Rasulallah SAW penutup para Nabi. seperti dalam firmannya : " Sesunguhnya Allah dan Mailakat-malaikatnya bershalawat untuk nabi...." (QS. 33:56). penggalan ayat ini menunjukan bahwa Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya bagi Nabi Muhammad SAW dan para malaikat meminta keampunan bagi Nabi Muhammad SAW.

Tentu tidak hanya dengan pujian dan salawat saja yang mestinya kita lakukan tetapi bukti kecintaan kita kepada Rasulallah SAW kita aktualisasikan dalam kehidupan dengan menjalankan sunnahnya. Banyak cara agar dapat menambah ke cintaan kita kepada Rasulallah SAW Insan yang sangat Mulia dari yang termulia, diantaranya sebagai berikut :
1. Menjalankan pesan-pesan dan ajaran Rasulallah SAW
seperti firman-Nya : " Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi), maka Allah akan mencintaimu dan menghapus dosa-dosa kamu" (QS. 3:31)
Bersabda Nabi, Artinya : "Barang siapa bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya sepuluh kali" (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
2. Merindukan bertemu Rasulallah SAW
Sekalipun kita disaat kini belum pernah bersama dan bertemu dengan Nabi Muhammad bin Abdullah SAW, namun dihati sanubari kita yang terdalam sudah merasakan nikmat yang tak terhingga ketika kita membaca shalawat dan mengdengar bacaan shalawat serta dengan Rahmad dan hidayah Allah kita juga dapat menjalankan Ajaran Nabi Muhammad Rasulallah SAW. Dari Abu Hurairah Ra. dia berkata : Saya mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda , artinya : "Siapa yang melihatku di dalam mimpi, maka dia akan melihatku pada saat jaga. Dan Syaitan tidak bisa memerankan diriku." (HR.Bukhari, Shahih Bukhari, vol VI hlm 2567; dan Abu daud, sunan Abu Daud, vol IV, hlm 305)
3. Memperbanyak baca shalawat dan pujian untuk Nabi Muhammad Rasulallah SAW.
bertolak dari Firman Allah SWT "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat untuk Nabi, hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."(QS. al-ahzab :56)

Indahnya Menjalin Tali Persaudaraan dan Silaturahim

Assalamu'alaikum. Wr.Wb

Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih ,kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, Dzat Yang Mahakuasa dan Mahagaib. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. berserta keluarga dan ahlulbait serta para sahabatnya.

Blog ini dibuat sebagai sarana komunikasi sesama urang banjar dimana saja berada dalam rangka menjalin tali persaudaraan dan silaturahim sesama urang banjar untuk mencapai Ridha Allah.


"Tiada gading yang tak retak" tiada kata/tulisan yang benar kecuali Kitabbullah (Alqur'an dan Hadist),jika banyak kekurangan dalam blog ini mohon saran dan pendapatnya sebagai koreksi dan perbaikan.



Wasalamu'alaikum. Wr.Wb.


musafir faqirindallah

Sekapur Sirih

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,Yang Awwal (Pertama) dan Yang Akhir (Terakhir), Yang Dzahir (Nyata) dan Yang Bathin (Tersembunyi). Pujian yang sebanyak makhluk-Nya, sepadan dengan kebesaran firman-Nya dan seberat arasy-Nya, seluas Ridha-Nya, sebanyak segala yang sendiri dan berpasangan, yang basah dan yang kering, yang pernah Dia ciptakan dan tebarkan dalam segala kemurnian dan kehakikian. Segala puji bagi-Nya, yang telah menciptakan dan menyempurnakan, yang telah menjadikan segalanya sesuai dengan kadarnya dan kehendak-Nya, lalu membimbig mereka menuju tujuan mereka. Segala puji bagi-Nya yang mematikan dan menghidupkan, yang membuat orang tertawa dan menangis, yang membuat orang dekat dan semakin dekat, yang menunjukkan keutamaan dan kehinaan, yang memberikan makanan dan minuman, yang menentukan nasib baik an buruk, yang menahan karunia-Nya lalu melimpahkannya. Yang dengan perintah-Nya, kokohlah tujuh lapis langit, ditancapkanlah gunung-gunung bagaikan pasak, dan terhamparlah bumi, yang dengan kasih sayang-Nya tiada kekecewaan,yang tak satu pun dapat terlepas dari ketentuan-Nya, yang tak satu pun dapat menentang dan bahkan menghindari-Nya, serta tak satu pun merasa hampa dengan rahmat-Nya.
Dia terpuji, karena mlimpahkan kasih sayang dan Dia wajib disyukuri, karena menyelamatkan kita.
Shalawat bagi Sayyidina Muhammad SAW, Nabi pilihan-Nya. Barang siapa mengikiuti semua yang dibawanya, artinya ia menerima hidayah Allah. Dan barang siapa berpaling dari yang dibawanya, ia sesat dan celaka.
Muhammad SAW. adalah nabi sejati, pembawa kebenaran, tak terikat dunia, pecinta, dan pencari Ridha Yang di langit, yang terpilih diantara makhluk-Nya, yang dengan kedatangannnya, kebenaran tampak nyata dan jelas dan segala kepalsuan sirna dengan NUR (cahaya)-Nya,bumi pun tercerahkan.
Marilah kita sekali lagi bershalawat untuk beliau, shalawat yang berlimpah-limpah dan suci. Begitu pula bagi keturunannya (Ahlulbait), sahabat, dan pengikut sejatinya. Ridhanya melimpah yang terbaik terhadap Allah azza wa jalla, dalam tutur kata dan kepatuhan.
Doa dan permohonan, kita panjatkan ke hadirat Allah Rabbul izzah. Kepada-Nya kita berlindung. Dia-lah pencipta yang memberikan kita makananan dan minuman, yang melindungi kita, yang menghalau segala kemudaratan, dan semua ini semata-mata maujud karena ridha-Nya, karena kehendak-Nya. Dia melindungi kita dalam tutur kata dan tindak-tanduk kita, yang tersembunyi dan yang terlihat, dalam kesulitan dan kemudahan.
Sungguh, Dia-lah Allah, Pewujud mutlak kehendak-Nya, Dia mengetahui segala yang tersembunyi, yang berdosa dan sesat, yang taat dan mendekat kepada-Nya. Dia mendengar segala sesuatu, dan mengabulkan doa orang-orang yang di ridhai-Nya, tanpa enggan, bosan, dan jemu.
Sesungguhnya, nikmat Allah SWT. ada pada hamba-hamba-Nya,berlimpah-limpah, tak putus-putusnya dan tak terhitung, baik siang maupun malam, dalam segala masa dan keadaan, sebagaimana firman-Nya : artinya "Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya tidaklah dapat kamu menghitungnya" (Q.S. Ibrahim [14] : 34) dan artinya "Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah berasal dari Allah" (Q.S.An-Nisa [4] : 79)

Oleh karena itu, aku hanya seorang musafir faqirindallah, aku tak mampu, baik dengan hati maupun lidah, untuk menghitung-hitung nikmat-nikmat-Nya. Juga tidak ada angka yang memadai untuk itu. Dengan demikian, diantara karunia-karunia yang menjadikan lidah dapat berbicara, tangan dapat menulis, aku dapat menggambarkan,inilah yang di ilhamkan kepadaku dari dunia kegaiban. Hal ini mencerahkan dan memenuhi kalbuku, dan hasil dari keadaan wajar ini menampakkan semua itu. Hanya berkat kasih sayang dan ridha Allah jua, aku dapat mengungkapkan kata-kata dan tulisan ini, untuk menjadi pembimbing bagi parapencari kebenaran.

Semoga Allah azza wa Jalla meridhainya, Amin ya Rabbal Alamin


Wasalamu'alaikum Wr.Wb.

MUSAFIR FAQIRINDALLAH